Menceritakan kembali perjalanan In-Docs seolah melihat refleksi ke kisah demokrasi Indonesia itu sendiri. Perjalanan yang paralel tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Bagaimana Cerita Dimulai
Cerita ini dimulai sejak Indonesia masuk ke sebuah tahap baru demokrasi. Pemuda Indonesia ingin menjadi bagian dari semangat reformasi dan mencari media yang lebih baik dan canggih untuk dapat mengekspresikan diri mereka. Semangat untuk berpikir kritis mereka sangat membara, juga kreatifitas, inovasi dan juga pandangan politis yang tegas.
Itulah ide awal pendirian Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia. Yayasan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat-bakat baru dan mendukung kebebasan berekspresi melalui media film. In-Docs kemudian lahir sebagai program pada tahun 2002. In-Docs kemudian menjadi pusat dimana ide, bakat dan mimpi dibagikan oleh mereka yang tergabung dalam komunitas film dokumenter.
Berbagai orang dalam komunitas film dan juga institusi pendidikan juga turut bergabung dalam berbagai aktivitas untuk belajar dan berkolaborasi satu sama lain. In-Docs mengkurasi beberapa program seperti Development Lab, In-Docs Abroad, Junior Camp, Mapping, dan juga Screen Docs. Program yang dikurasi ini pada awalnya berupaya untuk menanamkan benih pada generasi muda dan membangun infrastruktur di komunitas film untuk berkembang. Contohnya Junior Camp, program ini mengundang pelajar SMA untuk mengikuti perkemahan dimana mereka dapat tinggal selama satu minggu dalam sebuah pulau untuk kemudian belajar bagaimana cara membuat film dokumenter. Di waktu lainnya, tim In-Docs kemudian mengumpulkan berbagai film dokumenter yang diproduksi oleh berbagai universitas di seluruh Indonesia untuk ditampilkan di festival-festival, mengirim para pembuat film Indonesia ke luar negeri untuk belajar tentang pembuatan film, mengundang para pembuat film dari luar negeri untuk membagi pengetahuan mereka kepada pembuat film Indonesia, juga banyak hal lainnya.
Tentu saja ada banyak tantangan yang harus dilewati, terutama dalam mengajar teknis pembuatan film ke komunitas lokal. Saat itu, kamera terbilang sebagai barang yang mewah, yang dimiliki oleh mereka yang memiliki keistimewaan. Oleh karena itu cukup sulit untuk menyediakannya. Dan tentunya tak ada yang mengalahkan semangat untuk belajar.
In-Docs mulai mengembangkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk stasiun TV nasional. Pada tahun 2005, In-Docs dan Metro TV menyelenggarakan Eagle Awards, sebuah kompetisi penulisan script film dokumenter. Lima pemenang dari kompetisi ini didanai untuk menyelesaikan film dokumenternya, yang kemudian ditayangkan di Metro TV. Program ini menerima penghargaan yang sangat besar, tidak hanya dari peserta dan juga komunitas film, tapi juga publik.
Empat Pilar
Banyak inovasi dicetuskan dan dieksekusi pada tahun 2004-2011. Diantaranya adalah untuk menciptakan kolaborasi antara peneliti dan pembuat film. Saat proses demokrasi mulai matang, arus globalisasi semakin deras yang kemudian memudahkan terjadinya kolaborasi global. Namun hal tersebut baru mulai pada tahun 2002, yang juga menjadi momentum yang tepat untuk tumbuh dan memperluas audiens untuk mempromosikan misi kami.
Semua itu dimulai dengan kolaborasi dengan Doc Net untuk menjangkau komunitas film dokumenter di Asia. Dalam program andalan kami Dare to Dream Asia, yang diorganisir tahun 2015, In-Docs mengumpulkan 9 proyek film dokumenter dari berbagai negara di seluruh Asia yang menyampaikan suara dan mimpi anak muda Asia. In-Docs membawa proyek-proyek film tersebut ke berbagai film festival di seluruh dunia, seperti IDFA dan DOK Leipzig. Program ini kemudian berbuntut ke program lainnya yang juga sangat sukses seperti Docs By The Sea, dimana In-Docs berkolaborasi dengan Kemenparekraf. Di sini, kami memberikan wadah dimana para pembuat film dapat berkumpul dan menyampaikan ide pembuatan film dokumenter mereka di hadapan industri pembuat film internasional untuk mendapatkan funding dan juga mendukung proyek mereka. Kami juga berkolaborasi dengan organisasi film lainnya yang bertaraf internasional seperti Doc Society untuk mengkurasi program lainnya seperti Good Pitch Indonesia sebagai bagian dari Jaringan Internasional Good Pitch, dan IF/Then Asia Tenggara dengan Tribeca Film Institute.
Dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan dan kerja sama, maka kami sadar bahwa kami membutuhkan struktur yang solid untuk nantinya dapat berkembang. Setelah lama menimbang dan menganalisis program-program kami sebelumnya, kami melihat bahwa pekerjaan kami dibangun atas prinsip-prinsip tertentu dan kami berniat untuk menguatkannya ke dalam empat pilar.
Pilar Cultivate mendorong In-Docs menciptakan proyek-proyek yang inovatif dan menarik dari berbagai bakat dan suara di Indonesia dan sekitarnya. Pilar Connect menghubungkan proyek dokumenter terbaik dengan pihak-pihak memberikan dukungan seperti pendanaan, distribusi dan juga partner yang berpotensi untuk dapat mengembangkan dan membawa dampak positif pada perkembangan film dokumenter itu sendiri. Pilar Share memberikan akses untuk audiens untuk melihat dan mendiskusikan film yang membangun kesadaran akan isu sosial, politik dan lingkungan yang dibutuhkan untuk membangun anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Sedangkan pilar Learn meningkatkan keinginan untuk terus belajar dan berkembang.
Apa yang harus dilakukan sekarang?
Sepanjang jalan, kita telah merayakan kesuksesan film dokumenter yang kemudian mendapatkan penghargaan dari dunia internasional. Globalisasi telah membuat semua itu menjadi mungkin, tapi tentunya tidak datang secara cuma-cuma. Saat demokrasi menjadi lebih matang, tantangan baru mulai muncul. Teknologi menjadi semakin maju, dan di tengahnya, ruang untuk berkarya semakin menghilang, dan ruang diskusi untuk mengekspresikan pemikiran yang kritis yang membuat masyarakat dapat mengembangkan imaji atas masa depan yang baik semakin berkurang.
Saat In-Docs beroperasi dengan penuh sejak tahun 2019, kami tiba pada satu titik refleksi. Apakah kita telah meraih apa yang kami inginkan di awal perjalanan kami? Dan sejauh mana kami jarak kami dari misi awal kami?
Film dokumenter telah menemukan tempatnya di masyarakat. Film — terutama film dokumenter, menangkap esensi kehidupan sehari-hari yang mungkin lepas dari perhatian kita semua, dan seperti layaknya produk hasil sistem politik, film dokumenter secara eksplisit dan implisit mengetengahkan sistem yang sangat rumit yang menggerakkan roda ekonomi, politik dan juga kehidupan sosial kita; suatu kekuatan magis hasil dari warisan masa lalu yang menggerakkan hidup kita, dan juga tenaga alam semesta yang kita tidak sadar telah ada karena pergerakannya yang lambat. Film seharusnya menjadi jendela untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam akan bagaimana orang lain hidup dan merasa. Melalui film, tak hanya kita melihat cerita baru, tapi juga mengerti bagaimana orang lain menjalani hidupnya.
Film dokumenter seharusnya dapat memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar tontonan. Film dokumenter dapat menjadi sebuah dialog, sebuah ide tentang dampak yang ingin dicapai masyarakat. Dan sebagai diskusi silang, film dokumenter dapat mendorong audiens untuk mempertanyakan hal-hal tentang sekitar, berpikir kritis dan juga menciptakan hubungan sosial. Melalui film, kita mempertemukan komunitas yang satu dengan yang lain, membuka percakapan tentang topik-topik yang rumit, dan menciptakan suatu budaya keterbukaan.
Pandemik yang kita hadapi ini membawa satu perubahan besar akan cara kita hidup, termasuk cara kita menggunakan hak-hak kita. Di seluruh dunia, demokrasi telah mengalami perubahan besar saat pemerintah membatasi hak hak sipil untuk mengatasi penularan virus COVID-19. Dengan kurangnya ruang untuk berkumpul, maka inilah saatnya kita memperkenalkan cara baru untuk meraih tujuan kita.
Di tahun 2021 dan ke depannya, tim In-Docs akan lebih aktif untuk berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat dan juga sekolah-sekolah untuk berbagi ide yang ditampilkan oleh para pembuat film dalam karyanya. Kami berharap untuk dapat menciptakan ruang digital untuk lebih membuka banyak diskusi tentang ide dan mimpi kita bersama. Sudah menjadi tujuan kami untuk mengembangkan audiens dan menggunakan film dokumenter untuk berpartisipasi dalam demokrasi. Tidak ada waktu yang lebih sempurna daripada saat ini.