Minggu kemarin, In-Docs menyelenggarakan seri webinar sebagai bagian dari program DocWire kami. Seri webinar ini memberikan wawasan tentang cara mempresentasikan proyek film di forum pitching.
Diskusi ini berlangsung dalam dua sesi: sesi pertama diadakan pada tanggal 23 Maret yang bertajuk "Apakah Saya Tahu Apa yang Saya Presentasikan”, dan sesi kedua “Pitching dan Pitching Forum”, yang diselenggarakan pada tanggal 25 Maret. Diundang sebagai pembicara tamu adalah Mikael Opstrup, Capacity Building and Development Advisor In-Docs. Dalam dua sesi ini, Mikael berbagi wawasan dan pengalamannya sebagai juri dan mantan peserta berbagai forum pitching di seluruh Eropa. Apa saja ilmunya? Mari gali lebih dalam tentang insight yang Mikael presentasikan.
KENALI POSISI FILM ANDA
Sebelum melakukan pitching di forum, Mikael menyarankan para pembuat film untuk terlebih dahulu mengenali di mana posisi proyek mereka. Hal ini karena sifat pembuatan film dokumenter berbeda dengan film fiksi.
Tidak seperti fiksi, pembuat film dokumenter tidak dapat mengintervensi (atau bahkan merancang) peristiwa yang mereka rekam karena semuanya terjadi secara nyata. Untuk mengembangkan alur cerita, pembuat film dapat memilih untuk mengikuti film yang digerakkan oleh karakter atau digerakkan oleh tema. Dalam film yang digerakkan oleh karakter, perkembangan cerita dapat diungkap lewat peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan protagonis. Sedangkan film yang digerakkan oleh tema ibaratnya seperti mengupas jeruk. Setiap adegan dikembangkan untuk lebih dekat dengan esensi konflik yang dihadapi protagonis.
Oleh karena itu, pembuat film harus benar-benar sadar akan proyek film mereka sejak awal. Pembuat film harus mengetahui perkembangan cerita mana yang ingin diikuti sebelum produksi dimulai, lalu secara konsisten menyajikannya di sepanjang film. Kesadaran tentang proyek inilah yang Mikael sarankan untuk filmmaker kuasai sebelum terjun ke forum pitching apa pun.
MEMPERSIAPKAN PITCHING
Sebelum bergabung dengan forum pitching mana pun, Mikael menyarankan para pembuat film untuk menghadiri forum pitching sebanyak mungkin, setidaknya sebagai pengamat. Manfaatnya adalah, pembuat film bisa mendapatkan wawasan tentang permintaan (demand) terkini dari pasar film dokumenter, serta belajar pitching dari proyek film serupa lainnya.
Sebuah pitch terdiri dari tiga hal: tulisan, verbal, dan visual. Pada bagian penulisan, pembuat film dapat menggambarkan beberapa hal yang tidak termasuk dalam film, seperti latar belakang cerita. Sedangkan pada bagian verbal, pembuat film disarankan untuk mempertimbangkan menyajikan cerita yang memicu emosi dengan bantuan kata kunci. Menurut Mikael, di bagian ini yang terpenting bukanlah untuk meyakinkan para pengambil keputusan, tetapi untuk menyajikan pesan yang jelas dan ringkas sehingga para pengambil keputusan dapat menyampaikan cerita tersebut kepada rekan kerja atau atasan mereka. Lalu bagian terakhir adalah menyiapkan trailer sebagai presentasi visual. Trailer adalah bagian terpenting dalam proses pitch. Menurut Mikael, sebuah trailer tidak boleh hanya tentang protagonis atau temanya saja, tetapi harus memvisualisasikan kesan keseluruhan atas film yang ingin dibuat. Sebuah trailer juga harus menunjukkan sebuah perkembangan (progress): dari sisi cerita yang sedang berlangsung, dan dari sisi perkembangan proyek.
FORUM PITCHING
Forum pitching adalah kesempatan yang luar biasa untuk terhubung dan dikenal di lingkaran industri film luar. Ini adalah kesempatan yang fantastis dan satu-satunya kemungkinan bagi pembuat film, terutama untuk pemula yang belum memiliki kontak dengan pembuat keputusan.
“Ide forum pitching sebenarnya sangat sederhana. Kami memiliki banyak pengambil keputusan yang membutuhkan film dokumenter untuk distribusi mereka, dan pembuat film yang membutuhkan pendanaan, distribusi. Pengambil keputusan mempercayai penyelenggara untuk mengundang sineas yang tepat untuk datang ke acara tersebut,” kata Mikael.
Ada banyak kriteria seleksi untuk sebuah proyek film dalam forum pitching tingkat internasional. Kriteria pertama adalah kualitas artistik film. Faktor kedua adalah bagaimana film tersebut mewakili berbagai genre untuk berbagai jenis distributor, seperti televisi, festival, dll. Faktor ketiga adalah hal yang tidak langsung berhubungan dengan isi film itu sendiri: biasanya berhubungan dengan affirmative action isu sosial, seperti proporsi pembuat film perempuan, queer, dan/atau bipoc (Black, Indigenous, and people of colour) yang terlibat dalam proyek tersebut.
“Kriteria pemilihan ini tujuannya adalah untuk menjaga keterwakilan pembuat film dalam pasar yang lebih luas; bukan hanya tentang film yang lebih kuat,” kata Mikael.
Selain itu, Mikael juga mengatakan bahwa film ini harus menarik penonton internasional. Oleh karena itu, harus memiliki potensi internasional. Baginya, sebuah karya seni yang indah menurutnya secara intrinsik juga berarti internasional.
Mikael mengatakan ada tiga level yang membuat sebuah film “go international”. Pertama adalah peristiwa apa yang terjadi di dalam film. Hal ini menunjukkan bahwa film tersebut memiliki aksi nyata di layar yang cukup menarik untuk ditonton. Kedua adalah pengembangan karakter dan apakah cukup membuat penonton terikat secara emosional dengan apa yang terjadi dalam cerita dan karakter. Dan ketiga adalah apa yang film ini angkat pada tataran yang lebih besar; apakah menjelaskan masalah besar dalam kehidupan yang dihadapi setiap orang.
Namun, tidak satu pun dari hal-hal di atas dapat dicapai jika pembuat film tidak betul-betul sadar akan film yang mereka buat.
“Ini semua tentang kesadaran. Kita hanya punya satu alur cerita yang kita tampilkan di layar. Dalam film dokumenter, kita tidak mengontrol apa yang dilakukan atau dikatakan karakter, jadi ini tentang kesadaran dalam apa yang sebenarnya Anda filmkan,” kata Mikael.