Sepuluh Film Dokumenter Pertama VITAMIN
1880mdpl
2016, Aceh Documentary
Keluarga petani kopi transmigran, Supandi dan Mursiti, menghadapi dilema. Tinggal di daerah dengan ketinggian 1880 mdpl (meter di atas permukaan laut), mereka butuh lahan yang lebih cocok dan lebih subur untuk menanam kopi. Ketika hasil panen dan usaha sampingan berjualan bakso keliling tidak dapat memenuhi biaya hidup dan pendidikan anak mereka, satu-satunya harapan di tengah sulitnya membayar hutang pupuk yang terus menumpuk adalah membuka lahan hutan.
AHU PARMALIM
2017, Yayasan Kampung Halaman
Kehidupan Carles Butar Butar (17 tahun) sebagai Parmalim berdampingan dengan kewajibannya sebagai murid dan anak yang membantu perekonomian keluarga. Penghayat kepercayaan Malim (Ugamo Malim) di suku Batak berjumlah jutaan, tetapi tidak semua mendapatkan hak mendasar untuk beribadah, mendapatkan pelajaran, dan ujian agama tersebut di sekolah mereka. Namun Carles tidak kecil hati, sebab cita-citanya tinggi: menjadi polisi.
Daerah Hilang
2019, Papuan Voices Timika
Pembuangan limbah tailing industri pertambangan mengakibatkan hilangnya akses jalur transportasi air bagi masyarakat empat distrik di Kabupaten Mimika, Papua. Akibat pendangkalan, masyarakat yang hendak berpergian harus memilih antara menunggu seharian penuh, atau bertaruh menyeberang lewat laut lepas. Tak sedikit perahu yang menempuh jalur laut terbalik di tengah perjalanan. Dikepung limbah tailing dari tambang, mereka tidak lagi bisa mempertahankan cara hidup turun-temurun dan terpaksa mengungsi ke kota.
Dulhaji Dolena
2020, mOniOk Project
Perencanaan kota yang buruk, diperparah dengan pengambilan air tanah yang berlebih, membuat dataran di desa Api-Api di wilayah Pekalongan (Jawa Tengah) menjadi lebih rendah. Air laut pun mengalir ke rumah warga. Sejak 2008, masyarakat telah terkena dampak banjir yang parah. Di tengah kepungan banjir, Dulhaji menjalani hari-harinya dengan berjualan buah sembari mencari cara menghibur anak-anak dan ibu-ibu di desanya dengan canda-tawa.
Ibu Bumi
2020, Sedap Films
Bagus (20 tahun), petani yang tinggal di kawasan subur Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, gelisah dengan kerusakan lingkungan yang terjadi di tempat tinggalnya. Kelompok musik punk Kendeng Squad jadi corong Bagus untuk menyuarakan kegelisahannya. Melalui video klip “Berani Bertani”, ia turut merekam suara alam dan kerusakan yang terjadi. Satu harapan Bagus: musiknya bisa menjadi inspirasi untuk generasi muda untuk tetap menjaga alam.
Lakardowo Mencari Keadilan
2018, Paradoc Film
Desa Lakardowo di Mojokerto, Jawa Timur, telah dijadikan tempat penimbunan limbah B3 secara ilegal oleh pabrik PT. Putra Restu Ibu Abadi (PT PRIA) sejak tahun 2010. Sebagai pabrik pengolah dan pemanfaatan limbah B3 dan non-B3 se-Jawa Timur dan Bali, PT PRIA bertanggung jawab mengurai racun B3 agar ramah lingkungan. Namun yang terjadi adalah lingkungan dan sumber air yang rusak, serta kesehatan masyarakat yang terancam. Sekelompok masyarakat desa pun bergerak mencari keadilan untuk bumi Lakardowo.
Luka Beta Rasa
2020, Narasi
Perang yang terjadi di Ambon tahun 1999 belum sepenuhnya tuntas. Ribuan anak di bawah usia 10-15 tahun dipaksa terlibat dalam konflik. Tidak sedikit anak yang terlibat perang akhirnya tumbuh tanpa pendampingan, berjuang melawan trauma pasca konflik, dan mencari kedamaian dengan cara masing-masing. Kini mereka menjadi dewasa tanpa memiliki bekal kemampuan apapun. Dua puluh tahun setelah konflik Ambon pecah, bagaimana eks kombatan yang dulu terlibat bertahan hidup dan keluar dari ekstremisme?
Meanwhile in Mamelodi
2011, Jolle Film
Distrik Mamelodi tercipta saat relokasi masa Apartheid di Afrika Selatan. Keluarga Mtsweni tinggal dalam kemiskinan di “wilayah gubuk” Extension 11, satu dari banyak pemukiman di Distrik Mamelodi. Akses listrik dan makanan di sana tidak layak. Saluran air dan jalan aspal pun tidak ada. Bermodalkan warung untuk menghidupi istri dan menyekolahkan anak-anaknya, Steven Mtsweni berjuang mendukung putrinya mengejar bercita-cita sembari menjalani tantangan hidup sebagai remaja.
Ojek Lusi
2017, Hore Besok Libur!
Pada tahun 2006, Lumpur Lapindo menyembur dan menenggelamkan enam belas desa di tiga kecamatan. Beberapa warga korban lumpur mencari penghasilan dengan menjadi tukang ojek sekaligus pemandu tur di daerah “wisata lumpur” itu. Sebelas tahun adalah waktu yang panjang untuk beradaptasi, tetapi mereka tidak melupakan. Setiap hari, mereka menceritakan kembali kronologi kejadian saat lumpur itu menyembur dan menenggelamkan rumah mereka.
Penderes & Pengidep
2014, Papringan Pictures
Di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga dan mengurus tiga anak, Suwini menyempatkan diri membuat bulu mata (ngidep). Sementara Suwitno, suaminya, sehari dua kali, pagi dan sore, harus naik-turun 21 pohon kelapa yang disewa untuk mengambil air nira. Namun harga gula jawa tak semanis rasanya. Film dokumenter pendek ini diproduksi oleh pelajar SMA di tahun 2014. Ini adalah dokumenter pertama pelajar Purbalingga yang dibuat dengan gaya observasional.
KONTAK KAMI
Untuk informasi lebih lanjut mengenai VITAMIN, silakan hubungi tim kami di:
E-mail: vitamin@in-docs.org
Whatsapp: +6281212009511 (Hasta)