In-Docs mendapatkan kesempatan istimewa untuk berbincang dengan co-director dari film 76 Days, Hao Wu. Bersama dengan sutradara lainnya, Hao Wu memproduksi film dokumenter epik yang mengupas cerita tentang situasi di kota Wuhan saat COVID-19 mulai mewabah. 76 Days dibuat tepat saat momentum bersejarah sedang berlangsung. Film ini mengajarkan kita cara menghadapi tantangan dalam memproduksi film dan bagaimana menggunakan kekuatan emosi untuk berkreasi.
Film dokumenter ini penuh dengan scene yang memilukan hati. Seperti contohnya tenaga kerja yang kehilangan orang tuanya tetapi tidak bisa mengurus mayat mereka, lalu pasangan lansia yang terpaksa terpisah dari satu sama lain, lalu pasien lansia yang mengalami demensia yang berulang-ulang minta pulang ke rumahnya, hingga pasangan muda yang terpisah dari bayi mereka sejak bayinya dilahirkan.
Meskipun situasinya semrawut dan menantang, para tenaga kesehatan di dalam film tetap menunjukkan komitmen tinggi, ketekunan, dan keberanian, yang memungkinkan mereka untuk menenangkan pasien melewati momen-momen penuh keputusasaan.
Semua orang bertarung untuk bertahan melawan infeksi COVID-19 dan mendapatkan kesempatan untuk tetap hidup; seperti jutaan orang lain yang mengalaminya di dunia ini. Ini yang membuat para penonton merasa dekat dengan film ini, dan juga karena momen rilisnya yang pas. Yang penting dari film ini juga adalah elemen kemanusiaan dan harapan –– semua yang sedang kita pertahankan saat ini. Walaupun banyak sekali kesulitan yang harus mereka lalui saat bekerja, para sutradara sukses mengaduk-aduk emosi penonton melalui gambar yang kuat dan sensitif, menangkap rasa kasih sayang, koneksi yang intim dan semangat dari para tenaga medis.
TANTANGAN DALAM PRODUKSI FILM
76 Days adalah hasil dari kolaborasi epik dari jurnalis Tiongkok Weixi Chen, satu co-director anonim, dan Hao Wu, seorang filmmaker berbasis di Amerika, yang sukses menjahit footage menjadi film yang mudah dinikmati. Dalam sesi tanya jawab yang diorganisir In-Docs melalui Zoom tanggal 5 Maret minggu lalu, Hao Wu mengatakan bahwa proses syuting tidak lepas dari banyak masalah.
Hao Wu secara tidak sengaja sedang berada di Tiongkok saat COVID-19 mulai mewabah, mengunjungi keluarganya. Ia sebetulnya ragu apakah harus tetap tinggal di Tiongkok atau pulang ke Amerika. Ia menghubungi jurnalis dan filmmaker lokal, lalu memutuskan untuk mengerjakan laporan investigatif atas kejadian ini, dan Wu pulang kembali ke Amerika. Ia lalu menjalankan produksi jarak jauh dengan co-director yang lain.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pembatasan area yang terjadi bersama dengan lockdown. Proses syuting dimulai satu minggu setelah lockdown. Salah satu filmmaker sudah ada di rumah sakit saat hari pertama lockdown, namun dia tidak membawa kamera. Co-director yang lain juga menghadapi kendala teknis untuk mendapatkan dukungan peralatan untuk syuting dan harus menunggu selama satu bulan alih-alih dua hari kalau situasinya normal.
MENGGUNAKAN EMOSI UNTUK BERKREASI
Proses editing adalah tantangan terbesar untuk Wu. Ia sadar banyak sekali footage yang didapatkan, dan ini mempersulitnya untuk memilih cerita.
“Pada awalnya kami ingin menuliskan cerita yang global. Tantangannya adalah untuk memilih cerita yang global atau individual,” kata Wu.
Di awal, sulit untuk mengikuti karakter karena pergerakan manusia yang dibatasi. Namun seiring berjalannya waktu, para filmmaker dapat menelusuri dan mengunjungi mereka di rumah sakit, dan dari situlah ceritanya baru dikembangkan.
“Kami tidak bisa berhenti berpikir tentang footage-nya, seberapa berharga dan emosionalnya itu. Semakin kami mengikuti ceritanya, semakin kami melihat bagaimana cerita Wuhan diulang-ulang terus (di seluruh dunia). Pada akhirnya, kami hanya ingin mendapatkan footage terbaik yang menceritakan hal yang manusiawi dan bukan investigasi.”
Wu mengakui di awal dia sempat merasa kewalahan dengan footage-nya.
“Saya menangis hampir setiap pagi, karena emosinya sangat kuat sekali. Itu hal yang paling sulit selama proses mengerjakan film ini. Tapi di saat yang bersamaan, menangis setiap hari itu seperti terapi untuk saya. Saya bisa meluapkan semua emosi saya.”
Proses kreatifnya didorong oleh bagaimana perasaannya tergerak saat menonton footage. Emosi-emosi yang diekspresikan oleh karakter itulah yang membuat Wu memilih footage mana yang perlu dimasukkan ke dalam film dan mempercepat proses editing.
“Saya lihat saja gambar apa yang membuat hati saya tergerak, atau membuat saya menangis, yang berarti saya mengikuti alur emosi saya, dan memilih visual yang menggerakkan hati, dan menangkap footage yang dapat membuat penonton merasakan emosi itu.”
Niat untuk membuat cerita yang emosional dan beresonansi ke seluruh dunia itulah yang menjadi motivasinya untuk merilis film ini.
MENDAPATKAN PUJIAN DARI KRITIKUS
Film 76 Days ditayangkan perdana di Toronto International Film Festival pada tanggal 14 September 2020. Segera setelah rilis, film ini mendapatkan pujian dari seluruh dunia. Film ini memberikan contoh atas film dokumenter yang epik yang diproduksi dengan banyak keterbatasan dari segala aspek namun tetap berhasil untuk menggugah penonton. Dengan banyaknya rintangan yang ada, film ini tidak menyerah dan lantas berkompromi dengan kualitas.
Film ini juga mengingatkan kita kepada tantangan nyata di dalam sektor kesehatan. Film ini dapat dijadikan sebagai alat advokasi untuk ketersediaan fasilitas kesehatan yang lebih baik dan proteksi untuk tenaga kesehatan kita, karena mereka rentan sekali terhadap stres dan stigmatisasi negatif.
Walaupun masih banyak sisa materi footage dan topiknya masih sangat relevan, Wu menyatakan bahwa ia tidak ingin membuat dokumenter mengenai COVID-19 lagi.
“Saya tidak merasa saya bisa membuat sesuatu yang menggugah dari [sisa] footage itu. Saya dinasehati bahwa less is more. Saya ingin sekali menonton film COVID dengan cerita yang lain. Akan banyak yang keluar tahun ini,” ujar Wu.
76 Days tersedia untuk online streaming di Apple TV dan DogWoof. Filmnya sekarang juga sedang ditayangkan di bioskop-bioskop seluruh Singapura.
Tonton rekaman sesi tanya jawab dengan Hao Wu di kanal YouTube kami: